Bangga Jadi Petani

“Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim Hadits no.1552)

Selasa, 09 Juli 2013

BUDIDAYA KATUK KOMERSIL DENGAN TEKNOLOGI JIMMY HANTU

katuk yang ditanam komersil
TANAMAN KATUK KOMERSIL
Katuk (Sauropus androgunus L. Merr) termasuk dalam famili Euphorbiaceae, banyak digunakan sebagai bahan sayuran, lalap, pewarna makanan dan obat.  Beberapa nama daerah katuk antara lain karekur, simani dan cengkok manis. Tanaman katuk tumbuh menahun, berbentuk semak perdu dengan ketinggian antara 2,5-5 m, dan merumpun. Meskipun sudah ditanam di berbagai daerah, namun usaha budidaya tanaman katuk masih merupakan usaha sambilan, karena potensi nilai ekonomi dan sosial tanaman ini belum banyak diungkap.

PERSYARATAN TUMBUH
Tanaman katuk mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan di daerah tropis, dapat tumbuh dan berproduksi dengan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman katuk toleran terhadap kondisi teduh (naungan) sehingga cocok ditanam di lahan pekarangan. Lingkungan yang paling ideal untuk membudidayakan katuk adalah daerah dengan suhu udara berkisar antara 21-32oC dengan kelembaban antara 50- 80%. Tanaman katuk toleran terhadap berbagai jenis tanah, hampir semua jenis tanah cocok ditanami katuk. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, tanaman ini membutuhkan tanah yang banyak mengandung bahan organik , beraerasi dan berdrainase baik, serta mempunyai kemasaman (pH) 5,5-6,5.

BUDIDAYA TANAMAN KATUK
1. Persiapan Lahan
lahan untuk tanaman katuk
 
Lahan penanaman katuk dapat disiapkan dalam bentuk petakan (sistem bedengan) atau bentuk larikan (sistem pagar).
a. Sistem petakan (bedengan)
Lahan sistem bedengan digunakan dalam penanaman katuk secara khusus dengan jarak teratur, yaitu 20 cm x15 cm, secara berjajar atau berbaris. Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 30 cm atau lebih hingga gembur, kemudian dibuat bedengan atau petakan berukuran lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar petakan 30-40 cm dan panjang petakan tidak lebih dari 12 m.  Bedengan ditaburi pupuk organik sebanyak 20 ton/ha, kemudian di campur dan diratakan.

b. Sistem larikan (pagar)
Pengolahan tanah hanya dilakukan pada bidang tanah yang akan ditanami. Lahan yang terpilih diolah hingga gembur, dibentuk larikan selebar 80-100 cm, dengan ketinggian10 cm dan ukuran panjang disesuaikan dengan keadaan lahan. Larikan ditaburi pupuk organik  dengan dosis 20 ton/ha dan dicampur rata dengan tanah, kemudian dirapikan.

2. Penanaman
jarak tanam katuk
 Tanaman katuk umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan stek batang atau cabang. Dalam satu hektar dibutuhkan sekitar 1000.000 stek. Stek katuk ditancapkan dalam lubang tanam secara tegak sedalam 5 cm  kemudian tanah disiram sampai lembab.sebelum penanaman rendam stek katuk dengan NPK JAGOTANI dengan dosis 2cc /liter air ini akan memper cepat pertumbuhan akar stek. Tanaman ini sangat responsif terhadap pempukan. 


3. Pemeliharaan
aplikasi 1 minggu sekali
Pemeliharaan yang biasa dilakukan adalah pengairan dan penyiangan. Pengairan perlu dilakukan secara kontinyu seminggu 2 kali, terutama pada musim kemarau. Pengairan selanjutnya disesuaikan dengan cuaca atau keadaan tanah. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam.  Penyiangan selanjutnya dilakukan setiap bulan atau tergantung pada keadaan gulma yang dilakukan bersamaan dengan pembumbunan bedengan.Pemupukan katuk dilakukann 1 bulan sekali dengan pupuk kandang agar jumlah tunas anakan semakin banyak ditambah pupuk urea 100 kg , untuk mempercepat pertumbuhan panjang katuk GUNAKAN SELALU PUPUK HANTU DAN NPK JAGO TANI DISEMPROT SETIAP 10 HARI SEKALI DIJAMIN MEMPERCEPAT PANEN, dengan dosis 30cc hantu 20 cc npk jagotani / 15 liter air.

4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman katuk antara lain ulat daun, kutu daun, busuk akar dan layu bakteri.  Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada jenis OPT yang menyerang. Cara pengendalian dilakukan antara lain dengan cara sanitasi lahan, pergiliran tanaman dan penggunaan pestisida secara selektif sesuai rekomendasi  yang dianjurkan. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
cara kimia : prevathon untuk ulat , rampage untuk kutu-kutuan jangan biasakan dengan kimia.karena tidak baik untuk kesehatan.

5. Panen dan Pascapanen

katuk yang akan dipanenTanaman katuk biasanya mencapai ketinggian 70 cm atau lebih pada umur 3 bulan setelah tanam,  Pada tahap ini dapat dilakukan pemanenan pertama.panen selanjutnya setiap 30hari setiap bulannya.  Panen dilakukan dengan cara memangkas ujung tanaman atau cabang menggunakan pisau yang tajam atau arit.  Pucuk dipangkas atau dipotong sapanjang 10–15 cm.  Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari dan kondisi cuaca cerah. Pemanenan berikutnya dilakukan secara kontinyu sebulan sekali.produksi setiap hectare katuk mencapai 30.000-40.000 ikat perbulan dengan cara diatas.kenapa ikat karena didesa segayam pemasaran dilakukan setelah diikat dengan harga Rp.500 terendah bagaimana sampai Rp.2000? susah hitung uangnya wkwkwwkwk.

berdasarkan pengalaman kami petani desa segayam muara enim sumsel ,semoga bermanfaat ,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perhatian

Bagi sahabat dumay yang menggunakan teks dan gambar didalam blog ini , mohon kiranya sahabat mencantumkan link blog ini ya , terima kasih atas perhatiannya dan semoga anda sukses .

Budidaya Tanaman Yang sering Dibaca Pengunjung

Buah Tanaman

//