PRINSIP-PRINSIP
PENGENDALIAN HAMA
Tujuan Pengendalian : mengupayakan
agar populasi hama
tidak menimbulkan kerugian, melalui cara-cara pengendalian yang efektif,
menguntungkan, dan aman terhadap lingkungan.
Ada 2 Pendekatan :
Proaktif : Upaya
mengekang perkembangan hama
agar populasinya tetap di bawah ambang ekonominya
• Penanaman varietas tahan
• Cara bercocok tanam
• Penggunaan musuh alami
• dll
Reaktif : Upaya menekan perkembangan hama agar populasinya kembali
di bawah ambang ekonominya Umumnya berupa pengendalian kimiawi
CARA PENGENDALIAN HAMA
1.Pengendalian Hama dengan peraturan/
perundang-undangan/karantina
Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sehubungan dengan
kegiatan pertanian dan pengendalian hama
Karantina; Dinas yang mengawasi lalu lintas manusia, hewan dan tumbuhan antar
daerah atau antar pulau Untuk hewan dan tumbuhan karantina
pertanian .
Sejarah: suatu
kapal tidak boleh berlabuh karena awak kapal terserang wabah penyakit dan
mereka ditahan selama 40 hari (Quarantine)
Tindakan
karantina
-
Perlakuan pestisida
-
Pelarangan masuk
-
Pemusnahan/eradikasi
Sertifikasi
Keterangan
yang membuktikan bahwa tanaman/hewan tersebut sehat sehingga dapat dibudidayakan/diternakkan
dan dapat dikeluarkan/dimasukkan dari dan ke daerah atau Negara
2. Pengendalian Hama dengan bercocok tanam
atau kultur teknis
a) Pengolahan/pengerjaan tanah
Ditujukan
terhadap hama
yang dalam siklus hidup mempunyai fase di dalam tanah Contoh : Larva famili
Scarabaeidae (lundi), larva penggerek batang padi putih (pada pangkal padi)
yang
Berdiapause
b) Sanitasi
¤
Pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman terdahulu atau gulmanya
¤
Pencabutan tanaman terserang
c) Pemupukan
Pemupukan
yang berimbang dengan kebutuhan tanaman antara N, P, K dan unsur-unsur mikro → tanaman sehat → tahan
serangan hama
d) Pengairan
Pengairan
Irigasi : Secara langsung : Scirpophaga innotata, Nymphula
depunctalis Secara tidak langsung : perubahan iklim
mikro terutama RH
e) Tanam serempak
•
Harus dilaksanakan di areal yang cukup luas, minimal satu hamparan dengan
golongan air
yang
sama
•
Tujuannya untuk membatasi perkembangbiakan serangga hama
Contoh :
-
Pengendalian walang sangit → pada padi
-
Pengendalian lalat kacang → pada kedelai
(menyerang
kotiledon kedelai) Pengendalian ini secara tidak langsung mengurangi populasi,
yaitu memeratakan serangan per petak (dikonsentrasikan pada petak yang banyak
makanannya).
f) Rotasi/pergiliran tanaman
•
Tujuannya untuk mematikan kehidupan hama
yang dengan menghilangkan tanaman inang
•
Sangat efektif pada serangga-serangga monofag
g) Penanaman tanaman perangkap atau bertani
secara jalur (Stripfarming)
•
Tanaman perangkap yang digunakan adalah varietas/tanaman yang paling rentan dan
ditanam lebih dahulu
•
Menanam minimal dua jenis tanaman di lahan yang sama dalam barisan-barisan
(tumpang sari)
Contoh : Tumpang sari antara kubis dan tomat
dapat mengurangi populasi Plutella
xylostella
3. Pengendalian hama dengan menggunakan varietas resisten
Cara
ini tidak termasuk cara bercocok tanam, karena yang diganti bukan cara tanam
tetapi
verietasnya
(resisten tidak sama dengan kebal/immune) , Sifat
resisten didasari oleh faktor genetik
Mekanisme resistensi :
- Non Preference (anti xenosis) → tidak dipilih sebagai
tempat hidup, tempat bertelur, sebagai makanan atau sebagai tempat berlindung
(sifat serangganya)
- Antibiosis (dari
segi tanamannya) → terjadi pengaruh buruk terhadap kehidupan serangga dalam hal:
* mortalitas pradewasa
meningkat
* siklus hidup memanjang
* Keperidian (jumlah telur
yang mampu dihasilkan imago betina) menurun
* Lama hidup imago menurun
- Toleransi (dari
segi tanamannya) → tanaman dapat mentolelir kerusakan akibat serangan serangga
sehingga tanaman tersebut masih dapat hidup dan membentuk bagian-bagian yang
baru → masih
berproduksi dengan baik.
4. Pengendalian secara Fisik
dan Mekanik
Fisik :
faktor-faktor fisik seperti suhu, kelembaban, cahaya, suara
Mekanik :
penghalang (barier) pukulan atau tekanan mekanis
a. Suhu (temperatur)
Dapat digunakan suhu tinggi atau rendah
b. Kelembaban
Kelembaban relatif diantara tanaman dapat juga diatur dengan mengatur
jarak tanam dari pohon pelindung/ peneduh
c. Cahaya
Serangga fototropik positif (tertarik cahaya), fototropik negative
(menghindari cahaya); Penggunaan lampu perangkap untuk menangkap serangga
fototropik positif Kutu daun tertarik dengan warna kuning
d) Suara
Penggunaan gelombang ultrasonik
e) Penghalang (barier
mekanik)
Penggunaan pagar seng, plastik, atau parit/selokan (Spodoptera) → nokturnal (aktif malam
hari)
Penggunaan plastik pembungkus pada buah
f) Penggunaan alat
penghancur/pemotong (Chrusher di Amerika Serikat)
Di Amerika Serikat digunakan untuk memotong/menghancurkan batang
jagung setelah panen agar penggerek batang jagung yang ada di dalam terbunuh.
5. Pengendalian Hayati
Musuh alami serangga hama :
Predator (pemangsa) → yang dimakan disebut mangsa Parasitoid → yang diparasit disebut
inang Patogen (mikroorganisme penyebab penyakit) → cendawan, bakteri, virus, protozoa,
nematoda
Definisi :
Pengendalian hama
dengan memanfaatkan musuhmusuh alaminya (dengan campur tangan manusia) Jika
tidak ada campur tangan manusia disebut pengendalian alami
(Natural control)
Teknik atau cara
pengendalian hayati :
Inokulasi :
Penglepasan musuh alami (predator/parasitoid) dalam jumlah yang sedikit,
diharapkan musuh alami mampu berkembangbiak
Inundasi :
Penglepasan musuh alami dalam jumlah besar secara periodik
Konservasi :
Menciptakan lingkungan yang mendukung dan menguntungkan untuk perkembangan
musuh alami.
6. Pengendalian Hama Secara Genetik
Definisi :
Pengendalian serangga hama
dengan menggunakan jenisnya sendiri bukan musuh alaminya
Contoh :
Penggunaan serangga jantan mandul
a) Teknik Pemandulan :
Radiasi
sinar X (rontgen) atau dengan isotop Co60
Menggunakan
bahan kimia →
Chemosterilant
Hibridisasi
b) Penerapan di lapangan :
Penglepasan serangga jantan
mandul dalam jumlah besar dengan harapan agar berkompetisi dengan jantan fertil
(tidak mandul) dalam mendapatkan betina
c) Beberapa syarat yang harus
dipenuhi :
• Serangga tersebut dapat diperbanyak secara massal (dengan
biaya murah/ekonomis)
• Serangga yang dimandulkan mampu menyebar secara alami dan mampu
bersaing dengan jantan fertil
• Serangga betina hanya berkopulasi satu kali selama hidupnya
• Penglepasan serangga jantan mandul harus dilakukan pada saat populasi
di alam sedikit/rendah
d) Beberapa contoh
pengendalian hama
dengan
cara ini :
*Pengendalian lalat buah di Amerika Tengah (Mexico) dan Hawaii
*Pengendalian lalat ternak (Screw worm) Calytroga hominivorax di Amerika Tengah dan Selatan.
7. Pengendalian Hama secara
kimiawi
Definisi :
Pengendalian hama dengan menggunakan bahan kimia
beracun untuk melindungi tanaman atau hasil tanaman Bahan kimia tersebut
disebut PeStisida (pest=hama.
Sida=racun)
Jenis-jenis Pestisida
Herbisida Gulma
Moluskisida Molusca (keong)
Nematisida Nematoda
Bakterisida Bakteri
Fungisida Cendawan
Rodentisida Tikus
Akarisida Tungau
Insektisida Serangga
Jenis pestisida Organisme
Bahan-bahan kimia lain yang
juga digunakan dalam pengendalian hama:
- Repellent: zat penolak
- Attractant: zat pemikat
- Antifeedant: zat penolak makan
- Hormon: Juvenile
Hormone,
Feromon: Feromon Alarm pada semut, lebah, rayap
Jenis-jenis formulasi
pestisida
a. Formulasi kering
D= dust (tepung hembus)
G=granule (butiran) furadan 3G
WP= Wettable Powder (tepung yang dapat terbasahkan Larvine 25WP
SP= Solluble Powder (tepung yang dapat terlarutkan)
b. Formulasi Cairan
- EC= Emulsifiable Concentrate (pekatan yang dapat diemulsikan) Bayresil
250EC
- WSC= Water Solluble Concentrate (Pekatan yang dapat dilarutkan
dalam air Dimecrone
50WSC
- S= Sollution (larutan) Baygon Sollution
- Electrodynamic
formulation (ULV formulation)
Kandungan bahan dalam
pestisida
• Bahan aktif
• Bahan tambahan
- Bahan pembawa
- Bahan pembasah (Wetting agent)
- Bahan perata (Spreadling agent)
- Bahan perekat (Sticker)
- Bahan pengemulsi
- Pelarut, dll
Penggolongan Insektisida
a.Berdasarkan cara
kerjanya
- Racun perut (dimakan, dicerna dalam ususnya, disebarkan melalui
sel-sel darah dan mencapai daerah sasarannya)
- Racun kontak (kontak dengan integumen)
- Racun nafas (fumigan) → terhisap melalui trakhea (spirakel)
b. Berdasarkan cara
masuknya
- Non sistemik (tidak dapat masuk ke jaringan, hanya menempel pada
epidermis daun)
- Semi sistemik (dapat masuk jaringan misalnya melalui stomata)
- Sistemik (masuk melalui jaringan pembuluh)
c. Berdasarkan bahan kimianya
٭ Insektisida Alami
Insektisida yang berasal dari tumbuhan seperti nikotin, pyrethrum,
dan rotenon
- Pyrethrin berasal dari Chrysantemum cinerariaefolium
- Nikotin didapat dari Nicotiana sp.
- Rotenon berasal dari akar tuba (Derris sp.)
- Azadirachtan berasal dari Azadirachta indica
٭ Senyawa organik seperti
- Hidrokarbon ber-klor
- Organofosfat
- Karbamat
- Phyretroid
- Insect growth regulator (IGR)
Keuntungan penggunaan
insektisida :
Praktis, cepat dan hasilnya cepat dapat dilihat
Kerugian penggunaan
Insektisida :
a. Pencemaran lingkungan
b. Keracunan pada aplikator
c. Resistensi serangga terhadap insektisida
d. Resurgensi
e. Timbulnya hama
sekunder
f. Adanya residu pada bahan yang dipanen
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih insektisida:
a) Pilihlah insektisida yang efektif terhadap organisme sasaran
b) Pilihlah insektisida yang relatif ringan daya racunnya (dapat
dilihat pada label lihat
LD50-nya)
c) Gunakan insektisida yang mudah terurai di alam (persistensi rendah)
d) Gunakan insektisida yang relatif selektif terhadap organisme sasaran
e) Gunakan insektisida yang direkomendasikan untuk jenis tanaman
yang akan disemprot
Alat aplikasi insektisida
Hand
sprayer
Knapsack
sprayer: Tipe otomatis (Compressed
air sprayer), tipe semi otomatis (Hydraulic energy sprayer)
Mist
Blower
Power
sprayer
ULV
sprayer (ULV=Ultra Low Volume)
Electrodynamic
sprayer
Ukuran cairan semprot yang keluar dari sprayer tergantung nozzle
Beberapa pengertian dalam
aplikasi insektisida/pestisida
Cairan semprot →
bentuk insektisida yang telah diencerkan atau dilarutkan dalam air sesuai
dengan kepekatan yang dikehendaki
(adukan jadi)
Cairan semprot dapat
berbentuk : suspensi, emulsi, larutan
Volume semprot →
Jumlah cairan semprot (adukan jadi) yang diaplikasikan per satuan luasan areal
Konsentrasi Tingkat kepekatan cairan
semprot Konsentrasi dinyatakan dalam ml/liter air, g/liter air, atau dalam persen
Dosis Jumlah insektisida (formulasi
atau bahan aktif) yang digunakan per satuan luas areal atau per satuan tanaman
- Dosis dinyatakan dalam liter/hektar
- Dosis ada 3 yaitu dosis bahan aktif, dosis formulasi, dan dosis
cairan semprot ,Dari empat pengertian di atas terdapat suatu hubungan yang
dapat dituliskan dalam rumus:
Konsentrasi = Dosis /Volume semprot
WP + air suspensi
SP + air larutan
EC + air emulsi
WSC + air larutan
G, D, S langsung diaplikasikan
Soal:
1. Dursban 25SC (suspension concentrate); konsentrasi 2 ml/liter; luas
lahan 5000m2= 0,5 ha; Volume semprot 400 liter/ha. Berapa dosis insektisida
yang diperlukan ?
Jawab:
Konsentrasi = Dosis /Volume semprot
2 ml/liter =
200 liter/ha Dosis
Dosis = 400 ml/ha = 0,4 L/ha
Volume semprot = 5000 m2 x 400L/ha = 200L/ha 10000m2
2. Petani A memiliki lahan 8000 m2, untuk mengendalikan Liriomyza sp. dibutuhkan 8 kali
aplikasi Matador 25EC dengan konsentrasi 2,5 ml/liter. Volume semprot 500
liter/ha. Harga pestisida Rp 25.000,- per liter. Berapa biaya yang
dikeluarkan….?
Jawab:
Dosis pestisida yang diperlukan = konsentrasi × Volume semprot
= 2,5 ml/L ×
(500 Liter/ha ×
0,8 ha) × 8
aplikasi
= 1 Liter (untuk 0,8 ha) × 8 aplikasi
= 8 Liter untuk 0,8 ha
Biaya yang diperlukan = 8 Liter × Rp 25.000,-/Liter = Rp 200.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar