Keragaman jenis tanaman obat mulai dari
jenis tanaman dataran rendah sampai tanaman dataran tinggi menuntut penyesuaian
lingkungan untuk kegiatan budidaya tanaman tersebut. Setiap jenis tanaman obat
membutuhkan kondisi lingkungan tertentu agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal. Lingkungan pertumbuhan yang dimaksud meliputi iklim dan tanah.
Beberapa unsur iklim seperti suhu, curah hujan dan penyinaran matahari secara
langsung berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman obat membutuhkan
suhu udara yang sesuai agar proses metabolisme dapat berjalan baik, sedangkan
suhu tanah akan mempengaruhi proses perkecambahan benih. Suhu tanah yang
terlalu rendah dapat menghambat proses perkecambahan, sedangkan suhu tanah yang
terlalu tinggi dapat mematikan embrio yang terdapat pada biji. Tanaman
obat-obatan membutuhkan curah hujan yang cukup dengan distribusi yang merata.
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya
tanaman obat. Apabila jumlah curah hujan tidak dapat memenuhi kebutuhan air
bagi tanaman obat maka harus dilakukan penyiraman atau pengairan melalui irigasi.
Penyinaran matahari juga sangat penting pada budidaya tanaman obat. Sudut dan
arah datangnya sinar matahari, lama penyinaran dan kualitas sinar merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi proses fotosintesis pada tanaman obat. Jumlah radiasi
matahari yang tidak optimal akan menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas
produksi tanaman obat. Beberapa jenis tanaman obat membutuhkan pelindung untuk
mengurangi jumlah radiasi matahari yang diterima, tetapi jenis tanaman obat
lainnya membutuhkan jumlah radiasi matahari maksimal untuk berfotosintesis. Unsur-unsur
iklim lain seperti kelembaban, angin dan keawanan juga perlu diperhatikan dan
disesuaikan dengan kebutuhkan tanaman obat yang akan dibudidayakan. Kesuburan
tanah tempat bercocok tanam tanaman obat juga merupakan penentu keberhasilan
budidaya tanaman obat tersebut. Kesuburan tanah yang harus diperhatikan
meliputi kesuburan fisik, kimia dan biologi. Tanah sebaiknya memiliki perbandingan
fraksi liat, lempung dan pasir yang seimbang, gembur, kandungan
bahan organik tinggi, aerase dan
drainase baik, memiliki kandungan hara yang tinggi, pH tanah cenderung netral
antara 6,0 – 7,0.
Persiapan dan Pengolahan
Tanah
Tanah merupakan medium alam untuk
pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara yang merupakan makanan
bagi tanaman. Pada budidaya tanaman obat persiapan lahan dan pengolahan lahan
harus menjadi perhatian pertama. Lokasi penanaman penting diperhatikan karena
berkaitan langsung dengan lingkungan tumbuh tanaman yaitu iklim dan kondisi
lahan. Ketinggian tempat sangat mempengaruhi iklim setempat seperti suhu, curah
hujan, kelembaban, penyinaran matahari, dan angin. Kemiringan lahan juga
menentukan teknik pengolahan tanah dan teknik budidaya tanaman. Setiap jenis
tanaman obat membutuhkan kondisi tanah tertentu agar dapat tumbuh dan
berkembang optimal. Kondisi tanah yang harus diperhatikan meliputi kesuburan
fisik tanah (struktur, tekstur, konsistensi, porositas, suhu tanah, aerase dan drainase
tanah), kesuburan kimia (ketersediaan hara, kapasitas tukar kation, pH tanah),
kesuburan biologi (aktivitas mikroorganisme tanah dan bahan organik tanah). Kesuburan
tanah harus selalu dipertahankan. Setelah ditentukan lokasi penanaman dan jenis
tanah yang sesuai untuk budidaya tanaman obat selanjutnya dapat dilakukan
kegiatan persiapan dan pengolahan tanah. Persiapan dan pengolahan tanah
bertujuan untuk :
1. Membuat kondisi fisik tanah menjadi
lebih gembur, meningkatkan porositas tanah,memperbaiki aerase dan drainase
tanah.
2. Membersihkan lahan dari gulma,
semak, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman.
3. Pada areal penanaman yang terletak
di lereng bukit atau pegunungan sebaiknya dibuat teras untuk mencegah erosi dan
mempermudah pemeliharaan tanaman.
Teknik persiapan dan pengolahan tanah
ditentukan oleh jenis tanaman obat yang akan dibudidayakan dan kondisi awal
lahan tersebut. Secara umum tahapan pengolahan tanah adalah :
1. Pembersihan lahan dari gulma,
sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan.
2. Pembajakan yaitu membalik tanah
dengan menggunakan bajak atau traktor
3. Penggaruan yaitu menghancurkan
gumpalan tanah yang besar sehingga menjadi
lebih halus dan merata. Pada partikel
tanah yang lebih kecil maka hubungan antara partikel tanah dengan akar tanaman
akan lebih luas dan akar akan lebih mudah mendapatkan zat hara yang dibutuhkan.
Tanah yang lebih porous akan membuat lingkungan perakaran yang lebih baik terutama
untuk tanaman obat yang memiliki rhizome/rimpang dan tanaman obat berakar
dangkal dan kecil. Kondisi fisik tanah yang baik juga akan meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah yang dapat membantu meningkatkan ketersediaan hara bagi
tanaman dan mempercepat dekomposisi bahan organik.
4. Pembuatan bedengan. Beberapa jenis
tanaman obat sebaiknya dibudidayakan pada bedengan-bedengan terutama untuk
jenis tanaman semusim atau tanaman berbentuk perdu dan memiliki habitus kecil
yang relatif tidak tahan air yang tergenang seperti pegagan, memiran, daun
dewa, temu-temuan. Sedangkan untuk tanaman obat tahunan seperti kayu manis,
mahkota dewa, kina, dan pala tidak membutuhkan bedengan untuk tempat tumbuhnya.
Bedengan dibentuk dengan cara menimbun tanah atau meninggikan permukaan tanah
dari hasil galian parit sebagai batas bedengan. Bedengan sebaiknya dibuat
memanjang dengan arah timur - barat. Panjang dan lebar bedengan dibuat sesuai
dengan kebutuhan. Jarak antar bedengan yang merupakan saluran air juga dapat
digunakan untuk berjalan pada saat pemeliharaan. Saluran air berfungsi untuk menghindarkan
tergenangnya air pada saat musim hujan . Lubang-lubang tanam dan alur-alur
tanam dibuat pada bedengan. Jarak tanam dibuat sesuai jenis tanaman dan tingkat
kesuburan tanah. Ukuran lubang tanam disesuaikan dengan jenis tanaman dan jenis
bibit yang telah disiapkan. Pada waktu penggalian lubang tanam sebaiknya tanah
topsoil dan subsoil dipisahkan, sebaiknya tanah galian tersebut dicampur dengan
pupuk kandang atau kompos yang dosisnya tergantung jenis tanaman dan jarak
tanam. Pada tanaman yang membutuhkan tegakan, seperti sirih dan lada dapat ditanam
panjatan atau tegakan. Panjatan atau tegakan dapat berupa panjatan mati atau tanaman
hidup. Tiang panjatan dapat dipasang kira-kira 10 cm dari lubang tanam. Apabila
dipakai panjatan hidup berupa tanaman maka harus dipilih tanaman yang pertumbuhannya
cepat, kuat, berbatang lurus dan pertumbuhannya tidak mengganggu tanaman utama.
Beberapa jenis tanaman obat juga membutuhkan tanaman pelindung untuk melindungi
tanaman obat dari penyinaran matahari secara langsung atau dari terpaan angin,
maka sebaiknya tanaman pelindung telah disiapkan beberapa waktu sebelum
penanaman bibit ke lapangan. Untuk tanaman obat yang dibudidayakan secara
organik, di sekitar areal penanaman sebaiknya ditanam tanaman perangkap seperti
kenikir, serai, bunga matahari, dan mimba. Tanaman tersebut ditanam untuk
melindungi tanaman obat yang dibudidayakan dari serangan hama.
Persiapan Bibit
Persiapan bahan tanam dapat
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan persiapan dan pengolahan lahan. Bahkan
pada beberapa jenis tanaman obat-obatan dibutuhkan waktu lebih lama untuk
mempersiapkan bahan tanam karena pembibitan harus melalui beberapa tahapan. Perbanyakan
tanaman dapat dilakukan secara generatif yaitu dengan biji dan secara
vegetatif yaitu dengan cara stek, cangkok, okulasi, runduk, dan kultur jaringan.
Sistem perbanyakan tanaman yang akan digunakan tergantung dari jenis tanaman, keterampilan
pekerja, waktu yang dibutuhkan, dan biaya. Tujuan pembibitan adalah untuk
memperoleh bahan tanaman yang pertumbuhannya baik, seragam, dan untuk
mempersiapkan bahan tanam untuk penyulaman. Bila bibit tanaman yang ditanam di
lapangan merupakan bibit yang telah terseleksi maka diharapkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pada masa vegetatif dan generatif akan lebih baik.
Penanaman
Bibit yang akan ditanam di areal
budidaya tanaman obat adalah bibit yang sudah diseleksi yaitu bibit yang sehat
dan pertumbuhannya baik. Bibit yang disemaikan dengan menggunakan polibag
dipindahkan ke lubang tanam dengan cara menyobek satu sisi polibeg, kemudian
bibit dimasukkan ke lubang tanam yang telah disiapkan. Harus diusahakan agar
media tanam yang melekat pada bibit tidak terpisah. Selanjutnya tanah galian
lubang tanam dimasukkan kembali dan dipadatkan agar bibit dapat tumbuh dengan
kokoh. Bibit yang baru ditanam disiram dengan air secukupnya. Sebaiknya
pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi atau sore hari.dan semprot
tanaman dengan PUPUK HANTU DAN NPK JAGO TANI.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan
pemupukan, penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, serta pengendalian hama dan penyakit.
Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada tanaman obat
dapat berupa pupuk organik maupun anorganik. Sebaiknya pupuk yang
digunakan dalam budidaya tanaman obat adalah pupuk organik, penggunaan pupuk
anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang baik bagi
kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat yang ada pada tanaman. Pupuk organik
yang dapat digunakan adalah berbagai jenis pupuk kandang dan kompos, yang harus
diperhatikan pupuk organik yang digunakan harus benar-benar matang dan tidak
mengandung bahan pencemar. Pupuk organik dapat diberikan dengan cara
mencampurkannya pada lubang tanam pada saat penanaman atau mencampurkannya pada
tanah di antara barisan tanaman atau areal di bawah tajuk tanaman. Apabila
menggunakan pupuk anorganik dapat diberikan dalam tiga tahap. Pertama, pupuk
diberikan sebagai pupuk dasar pertama yang berupa pupuk organic dan pupuk
fosfat yaitu pada saat pengolahan tanah dengan cara dicampur rata dengan tanah,
baik di dalam lubang tanam, alur tanam, dan di permukaan bedengan. Kedua, pupuk
diberikan sebagai pupuk dasar kedua berupa urea, TSP, KCl yang diberikan sebelum
benih ditanam atau bersamaan pada saat penanaman. Ketiga, pupuk tambahan berupa
pupuk anorganik yang diberikan sebagai pupuk susulan. Dosis pupuk disesuaikan
dengan jenis dan kondisi tanaman. Pupuk sebaiknya diberikan pada awal atau
akhir musim hujan dan pada pagi atau sore hari.
Penyiraman
Pada awal penanaman dan musim kemarau
penyiraman harus dilakukan dengan teratur. Kelembaban tanah harus selalu
dijaga, sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore
hari. Pada musim hujan frekuensi penyiraman dapat dikurangi tergantung kondisi
kelembaban tanah. Apabila tanaman obat dibudidayakan pada lahan yang tidak
terlalu luas, pekarangan rumah atau di dalam pot maka penyiraman dapat
menggunakan gembor. Tetapi apabila tanaman obat dibudidayakan dalam skala luas
sebaiknya menggunakan sprinkle untuk membantu penyiramannya. Sarana irigasi dan
sistem pengairan lain juga dapat dimanfaatkan untuk mengairi lahan. Selain
pengairan, sistem pembuangan air yang berlebih juga harus diperhatikan. Harus
diusahakan agar lahan tidak tergenang. Beberapa jenis tanaman obat sangat
rentan terhadap penggenangan air. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk menjaga
kelembaban tanah adalah dengan menggunakan mulsa. Berbagai jenis mulsa dapat
dimanfaatkan seperti mulsa jerami, mulsa plastik hitam perak dan mulsa plastik
hitam. Masing-masing jenis mulsa memiliki keunggulan dan kelemahan, sebaiknya
penggunaannya disesuaikan dengan jenis tanaman obat yang dibudidayakan dan
kondisi lingkungan.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan gulma harus dilakukan secara
intensif untuk menghindarkan kompetisi antara gulma dengan tanaman obat yang
dibudidayakan, yaitu persaingan dalam penyerapan unsur hara dan air, penerimaan
cahaya matahari, dan gulma juga dapat menjadi tanaman inang bagi hama yang
dapat menyerang tanaman obat yang dibudidayakan. Penurunan produksi akibat
gulma cukup besar bisa lebih dari 50%. Pengendalian gulma dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain secara manual yaitu dengan menggunakan
cangkul, arit atau koret, secara kultur teknis yaitu dengan mengatur jarak
tanam dan penggunaan mulsa, secara kimia yaitu dengan penggunaan herbisida.
Pada budidaya tanaman obat hendaknya penggunaan herbisida merupakan alternatif
terakhir karena dikhawatirkan residu herbisida terserap oleh tanaman sehingga
berpengaruh terhadap senyawa-senyawa berkhasiat obat yang terdapat pada
tanaman. Pembumbunan dapat dilaksanakan bersamaan dengan penyiangan gulma. Pembumbunan
bertujuan untuk memperkokoh tanaman, menutup bagian tanaman di dalam tanah
seperti rimpang atau umbi, memperbaiki aerase dan menggemburkan tanah sekitar
perakaran, dan mendekatkan unsur hara dari tanah di sekitar tanaman. Pembumbunan
dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau koret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar